Oleh : Buya Yahya
Pengasuh LPD Al-Bahjah
Segala puji bagi Alloh yang Maha Kuasa. Sholawat serta salam semoga
tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan
sahabatnya.
Di bulan Rajab banyak sekali kegiatan kaum muslimin yang sudah mengakar
dari masa kemasa seperti merayakan Isro’ Mi’roj atau berpuasa di bulan
Rajab.
Isro’ Mi’roj adalah kejadian yang luar biasa atau mu’jizat yang
diberikan oleh Alloh kepada Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya terdapat
hikmah-hikmah serta ilmu yang amat luar biasa bagi orang yang
merenunginya. Kejadian Isro’ disebutkan oleh Alloh dalam Al-Qur’an surat
Al-Isro ayat 1. Adapun kejadian Mi’roj disebutkan dalam riwayat-riwayat
yang shohih di antaranya riwayat yang disebutkan oleh Imam Bukhori dan
Imam Muslim dalam hadits panjang yang menceritakan tentang perjalanan
Nabi SAW saat isro mi’roj.
Ada beberapa hal yang harus dicermati di dalam pelajaran Isro’ Mi’roj.
Pertama; Nabi Muhammad di perjalankan oleh Alloh dari Masjidil Harom
ke Masjidil Aqso hingga ke atas langit ke tujuh adalah dengan badan dan
ruhnya. Dan badan Nabi SAW masih tetap dalam bentuk aslinya dan tidak
berubah menjadi cahaya seperti yang diceritakan oleh sebagian
penulis-penulis yang kurang berakal. Sebab yang namanya Mu’jizat adalah
kejadian yang luar biasa dan jika Nabi SAW berubah menjadi cahaya maka
kejadian itu menjadi tidak luar biasa lagi. Maka di dalam memahami
istilah ilmiah seperti ini hendaknya dikembalikan oleh Ulama terdahulu
dan jangan menghayal dengan berdalih disesuaikan dengan kajian-kajian
ilmiah.
Yang harus dipahami bahwa penemuan ilmiah tidak akan bertentangan dengan
syari’at, kalau ada pertentangan antara kajian ilmiah dengan syariat
tentu karena salahnya kajian ilmiah atau salahnya seseorang dalam
memahami syari’ah. Dan perjalanan Isro’ Mi’roj Nabi tidak bertentangan
dengan penemuan ilmiah karena perjalanan Nabi SAW adalah tidak bisa
patuh dan tunduk kepada riset dan kajian ilmiah. Akan tetapi kejadian
Isro’ Mi’roj adalah terjadi karena kuasa Alloh SWT yang menciptakan
waktu dan tempat.
Kedua, perayaan Isro’ Mi’roj maknanya adalah mengagungkan dan
menghidupkan sunnah Nabi Muhammad SAW, karena perayaan Isro’ Mi’roj akan
selalu mengangkat tema kisah Isro’ Mi’roj Nabi, dengan pembahasan
panjang lebar dan ditekankan pada pemahaman akan kewajiban sholat,
makna-makna sesuatu yang diperlihatkan oleh Alloh kepada Nabi SAW. Dan
hal semacam ini tidak bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi
SAW. Justru hal-hal semacam inilah yang diperintahkan oleh Rasululloh
SAW. Maka sungguh aneh jika tiba-tiba ada orang yang mengatakan perayaan
Isro’ Mi’roj adalah bid’ah. Bagaimana mengagungkan kejadian agung,
membacakan riwayat dari Nabi SAW serta menjelaskannya agar umat semakin
paham tentang Isro’ Mi’roj, hikmah Isro’ Mi’roj, ilmu Isro’ Mi’roj,
pesan kesan dibalik Isro’ Mi’roj dan lain sebagainya akan dikatakan
sebagai bid’ah? Dan sungguh alangkah indahnya di sebuah acara Isro’
Mi’roj tiba-tiba ada seorang anak kecil menyenandungkan syair untuk Nabi
SAW kemudian diikuti dengan santunan untuk anak yatim, kemudian setelah
itu berdirilah beberapa Ustadz menjelaskan dengan detail tentang sholat
tentang apa yang dilihat oleh Nabi SAW dalam isro mi’roj .
Dan memang ada sebagian perayaan Isro’ Mi’roj yang dibarengi dengan
pelanggaran syari’at, seperti berkumpulnya laki-laki dan perempuan yang
saling berdesakan atau mungkin adanya tontonan yang membuka aurat. Akan
tetapi orang yang berfikir dan berilmu akan tahu bahwasanya Isro’ Mi’roj
bukan seperti itu. Itu adalah pelanggaran-pelanggaran dalam Isro’
Mi’roj yang harus dipangkas. Bukan Isro’ Mi’roj nya yang harus
dihentikan.
Adapun hari dan tanggal terjadinya Isro dan Mi’roj memang Ulama berbeda
pendapat dalam hal ini .Ada yang mengatakan tanggal 27 Rojab ada yang
mengatakan selain tanggal tersebut.
Masalah hari dan tanggal tidak penting, yang jelas dan pasti bahwa
Rasululloh SAW telah benar-benar isro’ mi’roj dan kita tidak merayakan
hari dan tanggal akan tetapi kita merayakan kejadian dan pesan yang ada
di dalam kisah isro’ mi’roj .
Ketiga; di saat Nabi Muhammad SAW dimi’rojkan oleh Alloh SWT
(diangkat keatas langit ketujuh). Disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW
berbicara langsung dengan Alloh SWT. Yang harus dipahami bahwa menurut
jumhur ulama bahwa Nabi Muhammad SAW di saat itu tidak melihat Alloh
dengan mata kepala beliau, akan tetapi beliau melihat Alloh SWT dengan
mata hatinya. Dan memang benar Alloh berbicara dengan Nabi Muhammad
adalah dengan hakikat berbicara yang hanya Alloh dan Rasululloh-lah
yang tahu caranya. Akan tetapi yang harus kita ketahui bahwa di saat
Nabi Muhammad berbicara dengan Alloh bukan berarti Nabi harus melihat
dengan mata kepala beliau, ini yang harus kita yakini. Memang ada
sebagian para ulama yang mengatakan Nabi Muhammad melihat dengan mata
kepala beliau seperti pendapat yang di nukil dari Imam an-Nawawi, Imam
Qodi’iyadh dan Imam al-Farro’. Akan tetapi para pakar aqidah Ahlisunnah
waljamaah menjelaskan bahwasanya pendapat itu adalah pendapat lemah.
Keempat; Nabi Muhammad SAW berbicara dengan Alloh SWT di atas
Mustawa. Mungkin ada sebagian kaum muslimin yang setelah membaca kisah
Isro’ Mi’roj dan kisah Nabi SAW berbicara dengan Alloh SWT di atas
Sidratul Muntaha dan di atas Mustawa lalu berangan-angan bahwa Alloh
ada di atas langit sana. Maka yang harus dijelaskan bahwa atas Mustawa
bukanlah tempatnya Alloh, akan tetapi tempatnya Nabi SAW. Alloh tidak
butuh kepada tempat. Maka jangan dikatakan Alloh di atas, sebab atas dan
bawah adalah ciptaan Alloh SWT.
Disebutkan juga di dalam Al-Qur’an, Alloh mengajak bicara Nabi Musa As
, di saat Nabi Musa berada di atas bukit Tursina, maka yang harus
dipahami adalah bahwa bukit Tursina adalah tempatnya Nabi Musa, bukan
tempatnya Alloh. Lalu “Alloh dimana?” Jawabnya adalah karena Alloh tidak
butuh tempat, maka jangan bertanya dengan pertanyaan “Alloh dimana?”.
Karena Alloh tidak butuh mana-mana, Alloh tidak serupa dengan makhluknya
.
Kepercayaan bahwa Alloh di atas langit adalah kesesatan dalam beraqidah.
Hal-hal semacam itu harus diluruskan, bahkan ada di beberapa sekolahan
yang siswa-siswi mereka, ditanya oleh gurunya dengan pertanyaan “Alloh
dimana ?” Itu adalah pertanyaan fitnah yang tidak membangun aqidah. Dan
itu karena mana-mana adalah ciptaan Alloh , dan Alloh tidak butuh kepada
ciptaanNya.
Ada diriwayatkan dari Imam Muslim tentang pertanyaan Rasulullah kepada
seorang budak, dengan pertanyaan “Alloh dimana?” dan hal itu sudah
dijelaskan oleh para Ulama panjang lebar dengan mendatangkan kisah budak
tersebut dari riwa yat para Imam Ahli Hadits yang lainnya, hingga
tidak menyisakan keraguan apapun bahwa Alloh tetap tidak butuh tempat.
Kelima; Rosululloh SAW yang dalam keadaan hidup bertemu dengan para
Nabi dan Rasul yang telah meninggal dunia dan berdialog. Itu adalah
mukjizat dan yang di fahami para Ulama bahwa orang yang hidup saat ini
bisa saja bertemu dengan Nabi Muhammad SAW sebagai karomah yang
diberikan oleh Alloh kepada orang tersebut. Dan inilah pengalaman para
kekasih Alloh yang sangat banyak jumlahnya bertemu dengan Nabi SAW
setelah Nabi Muhammad wafat.
Akan tetapi ada hal yang perlu diperhatikan bahwa berdusta atas nama
Rasululloh adalah dosa besar dan ancamanya adalah neraka jahanam. Orang
yang mengaku bertemu Rasululloh atau bermimpi bertemu Rasululloh dengan
dusta tempatnya adalah neraka jahannam.
Penjelasan tentang kemungkinan seorang sholih bertemu Rasululloh SAW
jangan membuka celah pendusta dan dajjal kecil untuk mengaku bertemu
Rosululloh SAW karena gila pangkat penghormatan, maqom kemulyaan didunia
dan ingin dianggap sebagai waliyulloh. Itulah wali syetan yang
pendusta.
Semoga Alloh mempertemukan kita dengan Rasulullah SAW di lahir dan batin
kita di dunia, di alam barzah, di padang makhsyar dan di surga Alloh
SWT.
Wallohu A’lam bishshowab.
sumber : http://buyayahya.org/artikel-kajian/catatan-penting-di-balik-kisah-isra-miraj.html
0 komentar:
Posting Komentar